SETIAFAKTA.COM - Kementerian Agama (Kemenag) memetakan sekitar 226 pesantren yang terdampak bencana banjir dan longsor di tiga provinsi, yakni Aceh, Sumatera Utara, dan Sumatera Barat. Ratusan pesantren tersebut mengalami tingkat kerusakan yang beragam, mulai dari rusak ringan hingga rusak berat.
Direktur Pesantren Kemenag Basnang Said mengatakan, pemetaan dilakukan melalui Kantor Wilayah (Kanwil) Kemenag di masing-masing daerah terdampak. Pemetaan ini menjadi dasar penentuan langkah penanganan dan pemulihan pascabencana.
“Kementerian Agama melalui Kanwil Kemenag sudah melakukan pemetaan, mana yang rusak berat, sedang, dan ringan,” ujar Basnang saat ditemui dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Kemenag di Tangerang, Selasa.
Baca Juga: BMKG: Sejumlah Daerah Diminta Waspada Cuaca Ekstrem
Basnang menjelaskan, saat ini sebagian besar pesantren yang terdampak masih melakukan pembersihan material lumpur dan puing-puing akibat banjir dan longsor. Adapun pesantren yang mengalami kerusakan parah terpaksa meliburkan sementara kegiatan pembelajaran hingga kondisi lingkungan dinyatakan aman.
Meski demikian, Kemenag memastikan santri tetap mendapatkan pembinaan dan pendampingan dari para pengasuh pesantren. Para pengelola berupaya agar aktivitas keagamaan dan pengasuhan santri tetap berjalan meski dengan keterbatasan sarana.
“Santri-santri yang terdampak tetap dibina dan didampingi oleh pengasuh pesantren,” kata Basnang.
Ia menambahkan, kegiatan pembelajaran akan kembali dilaksanakan setelah kondisi lingkungan pesantren pulih dan aman untuk ditempati.
“Nanti pada saatnya, setelah lumpur-lumpurnya sudah diangkat dan tanah-tanahnya dirapikan, pembelajaran akan kembali dilaksanakan,” ujarnya.
Sebagai bentuk dukungan, Kemenag telah menyalurkan bantuan hingga Rp3 miliar untuk ratusan pesantren terdampak. Bantuan tersebut digunakan untuk pemulihan sarana dan prasarana, termasuk pembersihan lumpur dan perbaikan fasilitas yang rusak.
Sementara itu, pesantren yang mengalami kerusakan berat akan mendapatkan bantuan pembangunan yang direncanakan pada tahun anggaran mendatang.
“Untuk pemulihan, termasuk biaya pengangkatan lumpur dan perbaikan awal. Sedangkan untuk pembangunan kembali pesantren yang rusak berat, kami rencanakan pada tahun 2026,” jelas Basnang.
Artikel Terkait
Proses Pencarian Korban Bencana di Sumatera Masih Berlangsung, Korban Meninggal Capai 1.016 Jiwa
Perusak Hutan di Sumatera Terancam Sanksi Pidana Terkait Banjir dan Longsor
Presiden Prabowo Perintahkan Penertiban Perusahaan Nakal di Perhutanan dan Pantau Rehabilitasi Bencana Sumatera