SETIAFAKTA.COM - Film Para Perasuk karya sutradara Wregas Bhanuteja menyimpan banyak kisah unik di balik proses pembuatannya. Diproduksi oleh Rekata Studio, film yang mengangkat fenomena kerasukan di sebuah desa ini bukan hanya menonjolkan sisi horor dan emosi, tetapi juga proses kreatif yang tidak biasa dari para pembuat dan pemainnya.
Keterlibatan Anggun C. Sasmi dalam film ini berawal dari sebuah pesan langsung (DM) yang sempat diabaikannya. Anggun mengaku tidak mengenal Wregas Bhanuteja saat pertama kali menerima pesan tersebut. Rasa penasarannya muncul setelah mengetahui bahwa Wregas pernah berkompetisi di Cannes Film Festival.
“Langsung semringah. Ternyata yang menghubungi memang orang yang legit,” ujar Anggun saat jumpa pers di kawasan Thamrin, Jakarta Pusat.
Baca Juga: BMKG: Sejumlah Daerah Diminta Waspada Cuaca Ekstrem
Pertemuan pertama Anggun dan Wregas pun tak kalah unik. Wregas mempresentasikan proyek Para Perasuk menggunakan bahasa Prancis. Ia berharap presentasi itu juga bisa menarik perhatian suami Anggun. Namun belakangan baru diketahui bahwa suami Anggun justru berbahasa Jerman, sehingga presentasi panjang tersebut menjadi momen jenaka yang dikenang keduanya.
Meski begitu, Anggun mengaku terkesan mendalam dengan visi artistik Wregas, terutama setelah menonton film Penyalin Cahaya dan Budi Pekerti. Menurutnya, karya-karya Wregas selalu meninggalkan efek emosional yang kuat.
“Ada sesuatu yang selalu menyayat hati. Setelah nonton filmnya, aku butuh waktu untuk kembali normal,” ungkap Anggun.
Dalam proses produksi Para Perasuk, Anggun terlibat secara intens. Ia bahkan ikut menciptakan mantra yang digunakan dalam film serta harus berdialog menggunakan aksen dan dialek fiktif yang diciptakan khusus. Tantangan itu sampai terbawa ke kehidupan sehari-harinya.
“Cara aku bicara ke anakku jadi ikut aneh,” kata Anggun sambil tertawa.
Keterlibatan emosional Anggun memuncak saat ia menonton hasil suntingan kasar film tersebut. Ia mengaku langsung menangis haru karena merasa film itu akan membuat penonton “pangling” melihat transformasi para pemainnya.
Cerita unik juga datang dari proses Wregas meminang Angga Yunanda untuk kembali bekerja sama. Dalam sebuah pertemuan makan malam, Wregas membawa sebuah kotak yang dikira Angga berisi alat musik tradisional Slompret. Ternyata, kotak itu berisi surat puitis berisi ajakan untuk kembali “berlayar bersama”.
Angga pun menerima tawaran tersebut dan dipercaya memerankan karakter Bayu. Demi peran itu, Angga menjalani latihan intensif selama tiga bulan, mulai dari latihan pernapasan hingga gerakan melata menirukan hewan di atas aspal.
“Tangan dan kaki tidak dipakai, cuma perut. Lecet di mana-mana, tapi aman, demi Wregas,” ujar Angga.
Tak hanya fisik, Angga juga dituntut memainkan alat musik Slompret secara langsung saat syuting, menambah tantangan dalam perannya.
Artikel Terkait
Film Esok Tanpa Ibu Siap Tayang, Dian Sastro Main Dua Peran Unik
Biaya Fantastis Fast X Jadi Alarm, Cristiano Ronaldo Masuk di Film Penutup
Zee Asadel Jadi Teman Curhat Prilly Latuconsina di Film Danur: The Last Chapter