SETIAFAKTA.COM - Film Dosa mengisahkan perjalanan Bima (28) dan istrinya, Ersya (25), yang nekat pergi ke luar kota demi menghadiri pelantikan jabatan penting. Keputusan tersebut diambil meski ibu Bima, Nungki, merasakan firasat buruk. Demi melancarkan rencana, Ersya bahkan diam-diam memberi obat tidur kepada sang ibu.
Di tengah perjalanan, pertengkaran pasangan ini memuncak dan memecah konsentrasi Bima. Pada saat bersamaan, mereka berpapasan dengan sebuah truk yang dikemudikan Nanang (35), sopir mabuk yang baru saja melakukan tabrak lari. Kecelakaan tak terhindarkan. Mobil Bima terperosok ke jurang.
Merasa selamat dari maut, Bima dan Ersya berusaha mencari pertolongan hingga menemukan sebuah hotel tua yang tampak misterius. Hotel tersebut dijaga oleh seorang resepsionis aneh bernama Dilla. Di tempat itulah teror sesungguhnya dimulai. Mereka bertemu kembali dengan Nanang dan satu per satu mengalami gangguan supranatural serta penyiksaan sadis dari sosok misterius bernama Algojo.
Baca Juga: Putri KW Tampil Impresif Sepanjang BWF World Tour Finals 2025
Hotel tua itu menjadi ruang penghakiman, memaksa para penghuninya menghadapi dosa masa lalu masing-masing. Ersya harus berhadapan dengan kesalahan besar berupa perselingkuhan dan aborsi. Nanang dihantui rasa bersalah karena membunuh seseorang saat mabuk. Sementara Bima tak bisa lari dari dosa terbesarnya: membunuh rekan kerja demi meraih promosi jabatan. Semua perbuatan memiliki konsekuensi, dan tidak satu pun bisa disembunyikan.
Film Dosa hadir sebagai thriller dengan pendekatan horor psikologis yang tidak hanya mengandalkan teror visual, tetapi juga tekanan batin dan rasa bersalah para karakternya. Tema sebab-akibat perbuatan manusia menjadi benang merah yang kuat dan dekat dengan realitas kehidupan sehari-hari.
Di balik layar, film ini menandai debut Irish Bella sebagai Executive Producer film layar lebar. Keputusan Irish terjun langsung ke belakang layar berangkat dari ketertarikannya pada dunia bisnis dan produksi yang telah tumbuh sejak beberapa tahun terakhir.
Irish mengungkapkan bahwa dukungan penuh sang suami, Haldy Sabri, menjadi faktor penting yang menguatkan langkahnya. Sejak awal menjalin hubungan, keduanya sudah banyak berdiskusi tentang rencana dan visi berkarya di industri kreatif, termasuk perfilman.
Ketertarikan Irish pada proyek Dosa muncul setelah melalui diskusi panjang dengan sutradara Sondang dan produser Echa. Ia melihat naskah film ini memiliki premis kuat, konflik mendalam, serta pesan moral yang jelas. Bagi Irish, Dosa bukan sekadar film horor yang menakut-nakuti penonton.
Sebagai Executive Producer, Irish terlibat secara detail dalam aspek visual dan artistik. Pemilihan lokasi hotel tua, misalnya, tidak hanya berfungsi sebagai latar cerita, tetapi juga memiliki makna filosofis. Hotel tersebut digambarkan sebagai ruang privasi manusia—tempat seseorang merasa sendirian, namun sejatinya tidak pernah luput dari pengawasan Yang Maha Melihat.
Melalui film ini, Irish berharap penonton tidak hanya terhibur, tetapi juga pulang dengan membawa perenungan mendalam. Ia ingin menunjukkan bahwa film thriller bisa menghadirkan nilai dan pesan kehidupan, bahwa setiap tindakan manusia akan selalu memiliki akibat yang harus dipertanggungjawabkan.***