Setiafakta.com - Kisah penusukan kepada sopir TransJakarta di Ciracas, Jakarta Timur, menunjukkan bagaimana manusia berubah dalam menilai arti sebuah nyawa kehidupan.
Kasus pembunuhan yang dialami sopir Transjakarta, Randi Pramono (30) menunjukkan betapa nyawa orang seolah tak berharga.
Randi tewas ditusuk oleh pelaku yang marah karena ponselnya terlindas. Apakah arti sebuah handphone dibandingkan nyawa manusia?
Kasus penusukan berlangsung di Jl Raya Bogor, Ciracas, Jakarta Timur, pada Selasa (22/11) malam.
Baca Juga: Kemenangan Portugal Ditandai Rekor Menakjubkan Ronaldo
Randi saat itu baru pulang mengantarkan bus TransJakarta ke pool Cijantung. Kemudian, Randi pulang ke rumah naik motor.
Pada saat itu Randi melewati jalan di Kramat Centex, Ciracas. Di sana, ban motor Randi melindas HP yang jatuh dari pengendara motor lain. Randi tetap melanjutkan perjalanan.
Pemilik handphone, AR marah-marah karena smartphone miliknya rusak berat. AR mengejar Randi. AR meminta ganti rugi kepada Randi. Tentu saja Randi menolak karena tak sengaja menabrak HP yang terjatuh.
Keduanya adu mulut. AR emosi dan menusuk Randi dengan badik hinga tewas. AR membuang badik yang berdarah. Ia sendiri kabur.
Baca Juga: Arti Penting Buat Korsel Meski Main Imbang Lawan Uruguay
Polisi mengusut kasus itu dan segera mengenal pelakunya. Polisi menyebut AR merupakan mantan narapidana alias residivis.
Rabu (23/11) malam, polisi menangkap AR di kawasan Ranco, Jakarta Selatan.
"Alhamdulillah pelaku tertangkap di daerah Jakarta Selatan dalam waktu 1x24 jam," kata Kapolres Metro Jakarta Timur Kombes Budi Sartono dalam jumpa pers, Kamis (24/11).
Artikel Terkait
Utang Rp180 Juta Menjerat, Suami-Istri Tega Membakar Orang
Ayah Membunuh Anak di Depok, Diduga Dikendalikan Narkoba dan Dukun
Oknum Polisi Serang RS Bandung Medan, Apa yang Terjadi?
Terungkap di Pengadilan, Kepala Sekolah Diminta Setor Uang di Pemalang
Kisah Pembunuh Mahasiswa Unpad yang Menyamar Sebagai Pengirim Paket