Setiafakta.com - Sering terlihat, langit Jakarta dan sekitarnya tampak seperti berkabut. Kadang dari jauh orang mengira ada hujan di Jakarta, tapi ternyata tidak ada air turun.
Itu adalah kabut yang disebabkan dari asap polusi udara. Indeks kualitas udara di Jakarta juga berada di level yang tak sehat untuk kelompok sensitif, yaitu di angka 131. Itu terjadi pada Senin (29/5/2023) pukul 15.00 WIB, Di Tangerang Selatan berada di level tidak sehat, yaitu 177 berdasarkan data IQair.
Situs IQAir menyatakan kualitas udara di Jakarta siang ini tidak sehat. Warga disarankan menggunakan masker saat berada di luar ruangan.
Dilihat dari situs IQAir, Senin (29/5/2023) pukul 13.20 WIB, indeks kualitas udara Jakarta berada pada angka 154. Polutan utamanya ialah PM 2,5.
"Konsentrasi PM 2,5 di Jakarta saat ini 12.4 kali nilai panduan kualitas udara tahunan WHO," tulis situs IQAir.
Baca Juga: Lirik Lagu To Marry You - Tri Suaka Ft Nabila Maharani
Siang ini, Jakarta berada pada peringkat ketiga kota dengan tingkat polusi udara tertinggi di dunia. Posisi pertama ditempati Dubai di Uni Emirat Arab dengan indeks kualitas udara 168 kemudian disusul Santiago di Cile dengan indeks kualitas udara 155.
Juru bicara Kementerian Kesehatan RI dr Mohammad Syahril mengungkapkan polusi udara yang buruk bisa menjadi faktor risiko beberapa penyakit serius, seperti PPOK (Penyakit Paru Obstruktif Kronis) hingga kanker paru.
"Jadi intinya, PPOK ini disebabkan oleh karena polusi udara atau kualitas udara yang dihirup itu mengandung zat-zat yang bisa menyebabkan iritasi maupun yang mampu menyebabkan kerusakan di dalam saluran napas," ucapnya saat ditemui di Jakarta Selatan, Senin (29/5).
Meskipun begitu, ia menyebut hal tersebut tak serta merta terjadi dalam waktu singkat, seperti sehari atau dua hari setelah terpapar polusi. Menurutnya, membutuhkan waktu yang lama dan tergantung seberapa besarnya kadar polusi yang dihirup oleh seseorang.
dr Syahril juga mewanti-wanti masyarakat untuk menggunakan masker di tengah polusi udara yang sedang memburuk. Hal ini berguna untuk mencegah terpapar penyakit kronis.
Dr Triya Damayanti, PhD, SpP(K) mengungkapkan, jika setiap hari harus berkendara hingga terpapar polusi udara yang buruk, disarankan untuk menggunakan masker hingga menghindari tempat-tempat yang banyak memicu polusi buruk.
"kemudian mengurangi pajanan polusi seperti mengurangi tempat-tempat yang banyak asap motor polusinya banyak. Itu yang harus dimodifikasi. Jadi terhadap diri masing-masing harus menjaga sehingga bisa terhindar dari faktor risiko yang memicu penyakit ppok," kata dokter anggota Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
Artikel Terkait
Kronologi Penangkapan Pemasang QRIS Palsu di Masjid
Polres Karawang, Jawa Barat memasang kamera CCTV di 14 titik.
KJEJ Bersama Bank DKI dan LPS Beri Santunan Kepada Anak Yatim
Inilah Profil Pelaku Aniaya Sopir Online, Pakai Plat Polisi Palsu dan Soft Gun
Bangunan Ruko yang Langgar Jalan Umum Dibongkar, Mengapa Karyawan Malah Demo?